White Ninja – Top Gear

Prius merupakan mobil termahal dalam tes ini. tapi apakah la layak menjadi yang teratas? Adhimas Wibowo menyari tahu.
PRIUS SANGAT TENANG. BARU saat mesin bensinnya hidup, ia menjadi lebih terasa seperti sebuah mobil dengan deru mesinnya. Tapi pada dasarnya, tenaga dari mesin tidak akan digunakan jika memang tidak diperlukan. Mesinnya yang selalu siap menyala dan membantu itu baru beraksi ketika baterainya kehabisan energi atau Anda membutuhkan tenaga ekstra. Jadi efisiensi bahan bakarnya tidak akan mengecewakan Anda. Dan, inilah kualitas yang membuatnya city car sejati.
Transisi antara baterai dan mesin bensinnya berjalan dengan mulus. Mulus, hanya saja transisi itu memang terasa berkat suara dari mesin bensin dan tenaga yang disediakannya.
Dia memang terasa berat dan lambat. Tapi karena dia hybrid, segala kekurangan mengenai peformanya dapat saya ampuni. Justru, saya lebih dari sekadar memaafkan berkat konsumsi bahan bakarnya yang hemat.
Itulah tujuan utama dari semuanya. Sebenarnya, dia memang didesain untuk pengendaraan dalam kota saat peran baterainya menjadi dominan dan peran mesin bensin diminimalkan. Hal ini bisa tercapai berkat karakter pengendaraan dalam kota yang didominasi lalu lintas padat dan banyak berhenti. Dengan demikian, mesin bensinnya bisa banyak beristirahat dan menghemat bahan bakar. Skenario yang umum terjadi adalah mesin bensinnya akan menyala sesekali hanya untuk mengisi ulang baterai yang kehabisan energi. Secara otomatis, Prius juga akan memanfaatkan energi yang terbuang saat mobil melaju melalui sistem regenerative braking.
Efisiensinya justru bisa menurun saat digunakan untuk pengendaraan luar kota, seperti bisa dilihat melalui layar monitor yang menampilkan banyak informasi, termasuk konsumsi bahan bakar. Cukup masuk akal, di jalan luar kota, mesin bensinnya memang akan lebih banyak berperan. Dengan kata lain, lebih banyak bahan bakar yang digunakan walau mungkin jarak yang ditempuh memang lebih jauh.
Jadi, kota adalah habitatnya. Tapi, melaju dengan kecepatan tinggi juga memberikan manfaat lain untuk baterainya, karena potensi tenaga terbuang yang bisa dimanfaatkan melalui regenerative braking lebih besar. Bahkan, pada kecepatan tertentu, indikator pengisian baterai sudah menyala saat saya sekadar melepas pedal gas.
Saya sempat kesulitan mengisi ulang baterainya. Di kota, baterainya hanya terisi sedikit-sedikit tapi selalu terkuras. Tapi setelah membawanya mondar-mandir di jalan tol, baterainya dengan mudah terisi. Jadi, mungkin melaju kencang bersamanya memang boros bahan bakar - dengan standar Prius -tapi Anda akan mengakhirinya dengan banyak cadangan energi di baterainya.
Di dalam, dia mobil yang lega. Karena dipasarkan secara internasional, cukup beralasan jika dia memang dibuat besar dan lega. Dan, dia membuktikan city car tidak harus mungil. Tidak ada salahnya dengan city car yang sedikit lebih lega. Selain lega, visibilitas yang dimilikinya semakin melipatgandakan kesan lega itu. Anda dapat melihat ke luar dengan leluasa dari dalam kabin, melalui kaca depan sampai belakang.
Sebagai mobil pelopor teknologi baru, sudah selayaknya dia mendapat interior yang futuristik dengan layar monitor, head-up display, dan banyak tombol. Tapi, jangan biarkan mereka mengintimidasi Anda, karena mereka tidak sulit dioperasikan.
Di antara belantara tombol-tombol itu, Anda akan menemukan tiga tombol mode pengendaraan: PWR, ECO, dan EV. Soal mode PWR, dia memungkinkan Anda untuk berkendara dengan lebih agresif dan responsif. Sementara, mode ECO kira-kira sebaliknya. Jadi, Anda bisa mengaktifkannya untuk lebih menghemat bahan bakar atau sekadar untuk membuat Anda merasa lebih baik.
Anda juga bisa mengaktifkan mode EV untuk menjadikannya mobil elektrik seutuhnya asalkan cadangan energi di baterai Anda menyukupi. Memang ada banyak keterbatasan, tapi dia akan jadi mobil paling bersih dan irit di kota Anda.
Bagasinya memang agak dangkal. Tapi, itu karena mereka harus mengorbankan tempatnya untuk menyimpan baterai yang berharga. Sebenarnya, Prius sudah berusaha mengakomodasi masalah ini dengan menyatukan bagasi dengan ruang kabin dan menutupnya dengan tailgate yang tinggi dan penuh kaca supaya (terkesan) lebih luas. Lagipula, dari sudut pandang city car, Anda hanya berjalan-jalan keliling kota, bukan?
Semua ini membuatnya sangat beralasan untuk dijadikan mobil untuk kebutuhan Anda berpergian sehari-hari cii dalam kota. Coba bayangkan berapa banyak yang bisa Anda hemat dengan mobil yang efisiensinya boleh diadu dengan motor. Coba saja bayangkan semua mobil di Jakarta seperti ini. Bisa-bisa SPBU jadi sepi.

Release Date  : Senin, 20 Desember 2010
Media   : Top Gear, at page 70-71, size 1740 mmk
Journalist  : Adhimas Wibowo